Senin, 01 Juli 2013

Milih Jurusan Sesuai Cita-Cita


SEMENJAK kita kecil, kita selalu disibukkan dengan berbagai pertanyaan tentang cita-cita. Menjadi seorang dokter, guru, dan polisi adalah kata-kata yang tidak pernah absen dalam pendidikan usia dini di negeri kita tercinta ini.

Lalu, apakah sebuah cita-cita hanya akan menjadi sebuah kata untuk menjawab pertanyaan orangtua, guru, atau teman tentang menjadi apa kita nantinya atau kah memang benar suatu hal yang ingin kita capai selanjutnya dalam kehidupan ini.

Kini saatnya teman-teman semua membuka kembali sebuah mimpi yang sebenarnya akan kita capai dan nasib yang akan kita jalani nanti. Saatnya teman-teman mengambil satu langkah ke depan untuk menentukan sejarah yang akan tercipta dari semua mimpi-mimpi yang kita inginkan semenjak dahulu saat mimpi itu muncul dengan berbagai kebaikan yang akan terjadi akibatnya.

Hidup adalah pilihan. Banyak orang yang berkata akan sebuah kenyataan yang pahit dan seolah-olah memang nasib pahit itu lah yang bisa kita dapatkan karena beberapa kesalahan kecil yang kita buat atau kemampuan yang belum muncul dan akhirnya merendahkan cita-cita kita.

Apakah karena kita memiliki nilai yang tidak begitu tinggi sehingga cita-cita kita ganti dengan sesuatu hal yang sebenarnya tidak kita inginkan demi sebuah pendidikan yang belum tentu kita inginkan atau biasa disebut dengan "menjalani nasib" dan sadar akan kemampuan.

Ini kita, ini hidup kita, nasib kita lah yang mengusahakan dan Tuhan lah yang berhak menentukan karena pilihan hanya perlu konsekuensi untuk dijalani.

salah satu situs yang menayangkan tulisan ane :
http://kampus.okezone.com/read/2013/06/19/367/824600/redirect

Persiapkan Faktor "X"

detail 
Muhammad Machrush Cania Putra. (Foto: dok. pribadi) 

TINGGAL hitungan hari, ujian nasional (UN) akan segera dilaksanakan. Seluruh siswa menyambutnya dengan penuh antusiasme dan harapan karena bisa jadi ini adalah salah satu pintu menuju kehidupan dunia nyata yang penuh dengan tantangan dan kenyataan. Banyak persiapan yang selalu dilakukan seperti belajar intensif hingga aktif mengikuti  bimbingan belajar (bimbel) untuk mempersiapkan semua itu. Gelar siswa pun tidak terasa sudah di ambang batas.
UN merupakan ujian formal yang bertujuan untuk menguji ilmu kita sebagai siswa selama tiga tahun belajar di sekolah. Sehingga, seharusnya kita tidak perlu khawatir lagi akan agenda tahunan ini. Kita dapat lebih bersantai menikmati suasana sekolah yang sebentar lagi akan ditinggalkan, lebih banyak bercengkrama dengan perangkat-perangkat sekolah ataupun sekedar bergurau dengan teman-teman.

Adalah hal biasa dalam menghadapi UN jika kita berjuang keras dan melakukan persiapan yang luar biasa dahsyat. Termasuk juga menjaga kondisi tubuh agar terhindar dari gejala stres dan ketakutan yang berlebihan.

Pada prinsipnya yang harus dipersiapkan adalah faktor “x”. Seringkali kegagalan terjadi dari kesalahan-kesalahan kecil di luar dugaan kita seperti alat tulis, transportasi, dan manajemen waktu. Bayangkan saja bila nanti saat ujian kita terlupa untuk membawa alat tulis atau alat tulis yang kita bawa rusak, kita akan membuang waktu untuk mencari alat baru yang dapat mendukung. Lalu bayangkan pula bila saatnya tiba ternyata kita terlambat karena sedang terjadi kemacetan panjang dan akhirnya tidak dapat mengikuti ujian. Manajemen waktu juga sangat penting saat keadaan seperti ini, untuk mengulang materi ujian perlulah waktu yang cukup saja, jangan dipaksakan dan berlebihan karena dapat membuat kita bangun terlambat. Selain itu, pengulangan materi tadi pun jadi sia-sia.

Oleh karenanya persiapan faktor-faktor lain di luar pelajaran sangatlah penting. Walaupun kecil, namun yang kecil tersebut dapat menentukan kesusesan ataupun kegagalan konyol yang mungkin akan disesali hingga akhir hayat kita.

http://kampus.okezone.com/read/2013/04/13/367/790920/persiapkan-faktor-x