Kamis, 14 Februari 2013

Rangkaian Besi tak Bisa Berenang


Jakarta merupakan Ibu Kota dari negeri kita Indonesia yang merupakan sebuah model kebudayaan modern yang di kenal di Indonesia
Sebanyak 9.607.787 jiwa warga Ibu Kota berdasarkan data dari BPS hasil sensus 2010 kini selalu di hantui rasa khawatir karena curah hujan di dataran tinggi mengakibatkan penumpukan volume Air di  dataran rendah, layaknya hujan yang begitu kencang mendarat karena pengaruh dari gaya gravitasi  membuktikan bahwa ada kekuatan alamiah yang tidak bisa kita control dengan mudah
Sejak intensitas hujan di daerah hulu tinggi, intensitas air yang dibawa ke hilir juga tinggi, bersatu dan menjadi suatu kesatuan air dengan volume yang luar biasa sehingga menghancurkan tanggul dan membiarkan air berkunjung ke tempat manusia beraktifitas
Text Box: Banjir di Jalan Thamrin (foto: Heru Haryono/Okezone)

Hal ini menyebabkan matinya aktifitas di titik tersebut karena untuk bepergian pun harus menggunakan perahu atau semacamnya
Pada awalnya banyak masyarakat yang terus memaksakan kendaraannya melaju menerjang banjir yang tingginya rata-rata diatas 60 cm. Mungkin karena desakan waktu, kebutuhan dan pertimbangan lainnya mereka memaksakan diri . Akibatnya akan terjadi kerusakan pada mesin, yaitu ketika air banjir tersebut merembes pada mesin, pengapian tidak akan terjadi dengan baik dan akhirnya mati.Walaupun mesin di disain untuk dapat tahan air tetap saja air dapat tetap masuk dari berbagai celah yang sangat sempit. Hal yang dapat kita lakukan adalah mencabut businya dan membersihkan air tersebut dengan menyemprotkan angin berkecepatan tinggi
Air banjir yang mengakibatkan pengguna jalan tidak dapat melihat permukaan jalan sangat membahayakan karea dapat membuat pengendara motor kehilangan keseimbangan.
Banjir membawa berbagai sampah dan sebagainya menyebar ke berbagai sudut banjir termasuk berbagai benda tajam yang dapat melukai kaki dan  membocorkan ban kendaraan  dan mengharuskan pengendaranya mendorong kendaraannya menerjang banjir .
Andaikan rangkaian besi ini dapat berenang mungkin banjir tidak akan menjadi penghalang bagi masyarakat berpindah tempat dan mendistribusikan berbagai kebutuhan sehingga tidak perlulah menggunakan alat-alat berbiaya operasional tinggi untuk mendapatkan bahan bantuan

Redenominasi ? Tidak Perlu Khawatir


Menghadapi tahun baru 2013 ini Indonesia menetapkan kebijakan yang cukup membuat dedas-desus di berbagai kalangan terutama dikalangan konsumen.
Redenominasi rupiah adalah penyederhanaan nilai dengan menghilangkan tiga angka nol pada mata uang rupiah tanpa mengurangi nilai didalamnya. Uang Rp 1.000 nantinya akan disederhanakan menjadi Rp 1 saja yang tentunya memiliki peluang  untung-rugi yang banyak di khawatirkan.
Dalam menyikapi hal tersebut masyarakat mengeluhkan akan timbulnya pembulatan-pembulatan, seperti barang yang kini bernilai Rp 4.500.000 maka dengan adanya redenominasi menjadi Rp 4.500  sehingga akan memicu pedagang menaikan harga menjadi Rp 5.000, artinya walau pun hanya berbeda Rp 500 namun nilai yang sebenarnya pedagang dapatkan adalah Rp 500.000.
Namun Mentri Keuangan memaparkan bahwa untuk menghindari hal seperti ini, Pemerintah akan menetapkan masa sosialisasi dan konsultasi yang akan dimulai dari Bulan Januari hingga Bulan Mei agar  hal yang ditakutkan tadi tidak terjadi. Pada masa tersebut akan dilakukan penyesuaian seperti adanya dualisme harga, ada yang menggunakan harga lama dan harga baru. Harga lama maksudnya adalah harga sebelum disederhanakan dengan memotong tiga angka nol dibelakang, misalnya harga mie instan kini adalah Rp 1.500 dan harga baru adalah harga setelah disederhanakan dengan memotong tiga angka nol dibelakang, sehingga harga mie instan menjadi Rp 1,5.